Jumat, 17 Agustus 2012

BELAJARLAH WALAUPUN KEPADA TUKANG TEMPE




Melihat mahasiswa belajar membuat tempe, namun sayang tempenya bau busuk dan berwarna hitam. Setelah dicoba berulang kali ada yang berhasil namun rasanya tidak enak. Sang dosen pun hanya mampu menjelaskan teori tentang pembuatan tempe, namun sayang tidak mampu membuat tempe yang enak, maklum pengalaman membuat tempenya hanya sebatas teori dan praktikum sehari ketika kuliahnya dulu. Bila demikian kenapa tidak mengundang tukang buat tempe untuk mengajarkan praktikum buat tempe. Sayangnya tidak bisa, karena tidak ada tukang tempe yang lulusan S2, sementara peraturan menyatakan harus sarjana S2 sajalah yang berhak mengajar praktikum mahasiswa.

Tidak dapat dipungkiri banyak juga dosen yang sejak SD hingga Doktor, kehidupannya tidak pernah jauh-jauh dari sekolah, setelah lulus pendidikan dengan strata tertinggi langsung bekerja di dunia kampus, akibatnya wawasan keilmuannya tidak jauh-jauh dari sekitar kampus.

Seorang Doktor yang bijak akan merelakan dirinya diajarkan oleh tukang tempe meskipun hanya lulusan SD.

Kampus yang bijak akan mengundang para ahli dari masyarakat untuk mengajarkan ilmunya kepada mahasiswanya, tidak peduli dia lulusan SD atau SMP, sepanjang orang itu mempunyai ilmu yang bermanfaat yang bisa dibagi kepada mahasiswa. Dengan demikian mahasiswa akan mendapatkan ilmu yang sesungguhnya.

Demikian, tulisan ini di buat, sekedar berbagi atas keprihatinan sekolah yang hanya mampu mencetak macan kertas. Dihari ulang tahun kemerdekaan Indonesia ini saya berharap semoga pendidikan Indonesia menjadi lebih baik lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar